11. Pengertian Psikologi Lintas Budaya
Budaya
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yaitu bentuk jamak dari budhi
yang dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Budaya bisa didefinisikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi.
Sekarang,
apa itu Psikologi Lintas Budaya? Ada berbagai macam definisi menurut para ahli,
diantaranya:
·
Psikologi lintas budaya adalah ilmu
mengenai perilaku individu manusia dalm konteks lintas budaya (Matsumoto; 1996)
·
Psikologi lintas budaya adalah kajian
ilimiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan
cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial dan budaya.
(Seggal, Dasen, dan Poortinga; 1990)
·
Psikologi
lintas budaya adalah suatu studi mengenai persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi
psikologis individual manusia pada berbagai kelompok budaya dan etnis; hubungan
antara variable psikologis dan sosiokultural, variable ekologis dan biologis dan
perubahan yang terus berlangsung pada variable-variabel tersebut. (Berry, dan kawan-kawan;
2002)
·
Psikologi lintas budaya merupakan kajian
empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan
pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan
dan signifikan. (Brislin, Lonner dan Thorndike; 1973)
22. Tujuan
Mempelajari Psikologi Lintas Budaya
Tujuan
mempelajari Psikologi lintas budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan
dalam fungsi individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnik;
mengenai hubungan-hubungan diantara ubahan psikologis dan sosio-budaya,
ekologis dan ubahan biologis, serta
mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan
tersebut.
3.3. Hubungan
Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lain
§ Hubungan
psikologi dengan budaya
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh
perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh
perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh
perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam
aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang
mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002)
misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila
dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu
psikologi lainnya.
§ Psikologi
lintas budaya dengan Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku
hubungan antar individu, dan antar individu dan kelompok dalam perilaku sosial.
Melihat pengertian sosiologi jelas hubungan psikologi lintas budaya dan
sosiologi amat erat. Psikologi lintas budaya mempelajari mengenai persamaan dan
perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan
kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara budaya psikologis dan
sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan
yang berlangsung dalam budaya-budaya tersebut. objeknya pada individu
tersebut. Psikologi lintas budaya dan Sosiologi sama- sama mempelajari perilaku
hubungan antar individu.
§ Psikologi lintas budaya dengan Antropologi
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang asal- usul
manusia, kepercayaannya, bentuk fisik, warna kulit, dan budayanya di masa
silam. Karena eratnya hubungan psikologi dan antropologi sehingga muncullah sub
ilmu yang salah satunya bernama anthropology
in mental health, pada sub ilmu ini sangat terlihat bahwa psikologi
dan antropologi saling terkait, seperti contoh bahwa penyakit jiwa tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh kelainan biologis namun juga oleh emosi atau mental
yang tertekan sehingga membuat orang tersebut mengalami penyakit jiwa, keadaan
jiwa manusia itu tergantung pada aspek- aspek social budaya.
§ Psikologi
lintas budaya dengan Psikologi Budaya
Psikologi lintas budaya sama halnya
dengan psikologi budaya, mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis
mempengaruhi perilaku manusia. Namun psikologi lintas budaya tidak hanya
mempelajari faktor budaya dengan perilaku tetapi faktor antar budaya atau
perbedaan budaya yang mempengaruhi manusia.
44. Etnosentrime
dalam Psikologi Lintas Budaya
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, etnosentrisme merupakan sikap atau pandangan yang
berpangkal pada masyarakat atau kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan
sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain.
Etnosentrisme membuat kebudayaan diri sendiri sebagai patokan dalam
mengukur baik buruknya, atau tinggi
rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya
dengan kebudayaan sendiri. Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah
kecenderungan untuk melihat budaya hanya melalui sudut pandang sendiri.
Berdasarkan definisi diatas, etnosentrisme tidak selalu berhubungan dengan hal
negatif, tetapi juga bisa mengarah ke positif. Etnosentrisme juga merupakan
sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari
kekayaan dan kekuasaan.
55. Persamaan
dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Transmisi Budaya Melalui Enkulturasi dan
Sosialisasi
Enkulturasi
merupakan proses penyesuaian diri dengan adat-istiadat, lingkungan, sistem
norma dan aturan-aturan hidup lainnya. Sedangkan sosialisasi menurut Paul H.
Horton adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma
dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. Persamaannya: enkulturasi dan
sosialisasi sama-sama memberikan pengenalan dan pemahaman kebudayaan tertentu
sebagai informasi mengenai budaya baru pada masyarakat. Perbedaannya: enkulturasi adalah proses pengenalan norma dalam
masyarakat tanpa mencampur adukan dalam budaya asing, edangkan sosialisasi
seorang individu memperkenalkan norma-norma yang ada dimasyarakat agar bisa
diterima oleh masyarakat.
66. Persamaan
dan Perbedaan Antar Budaya Melalui Perkembangan Moral
Perkembangan
sosial merupakan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam
berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi
hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatau proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat),
yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya. Secara kebahasaan
moral berasal dari ungkapan bahasa latin yaitu mores yang merupakan bentuk
jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan
dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menetukan batas-batas
perbuatan.
Ada
perpaduan antara kebudayaan dengan pergaulan remaja tersebut, ada dampak
negatif dan positif. Dampak positif yaitu mengubah sistem belajar yang monoton
dengan sistem pembelajaran yang disebut sebagai Enjoy Learning. Sistem ini telah diterapkan di Indonesia.
Dampak
negatifnya adalah pergaulan bebas. Dalam
budaya Barat, sudah tidak ada lagi batasan antara pria dan wanita.
Mereka berpacaran secara bebas dengan melakukan hal-hal seperti berciuman,
berpelukan bahkan sampai berhubungan badan. Itu semua merupakan hal yang biasa.
Dengan adanya pengaruh dari media-media yang ada, Indonesia pun mulai mengiuti
jejak budaya Barat tersebut. Hal itu banyak terjadi dikota-kota besar yang
biasanya dihuni oleh pelajar.
Untuk
mengantisipasi hal tersebut, harusnya remaja bisa memilah dan menyaring
perkembangan budaya saat ini. Jangan menganggap semua pengaruh yang berkembang
saat ini baik, karena belum tentu budaya tersebut baik oleh Budaya Timur kita.
77. Persamaan
dan Perbedaan Antar Budaya dalam Hal Konformitas, Compliance dan Obedience
Konformitas
merupakan kesesuaian sikap dan perilaku dengan nilai dan kaidah yang berlaku.
Compliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat
oleh umum, walaupun hatinya tidak setuju. Obedience atau kepatuhan memiliki arti
selalu melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan.
Untuk
membandingkan bagaimana konformitas, compliance dan obedience secara lintas
budaya, maka telaah itu harus memusatkan perhatian pada nilai konformitas, dan
kepatuhan sebagai konstruk sosial yang berakar pada budaya. Konformitas dan
kepatuhan tidak hanya dipandang ‘baik’ tetapi sangat diperlukan untuk dapat
berfungsi baik dalam kelompok.
88.
Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam
Hal Nilai-Nilai
Dalam
Psikologi Lintas Budaya, nilai dimasukan sebagai salah satu aspek dari budaya
atau masyarakat. Nilai muncul menjadi ciri khas yang cenderung menetap pada
seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai berpengaruh pada sifat
kepribadian dan karakter budaya.
Persamaan
yang ada, terjadinya pernikahan dengan menggunakan adat-adat yang berlaku di
Indonesia. Perbedaannya, tidak semua adat sama. Indonesia memiliki banyak adat
pada saat upacara pernikahan.
99.
Persamaan
dan Perbedaan Antar Budaya dalam Perilaku Gender
Gender
adalah pembagian peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan
ditetapkan berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas
sesuai adat, norma, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
Dalam
budaya saat ini, pria dan wanita dianggap sama dalam hal kesetaraannya. Ada
perempuan yang mengerjakan tugas laki-laki dan itu dianggap sebagai hal yang
biasa. Pada masyarakat Bali, perempuan bekerja sebagai tukang batu dan tukang
cat. Bahkan sekarang ini sudah banyak daerah-daerah yang dikepalai oleh wanita.
Namun
masih ada pula beberapa adat atau kepercayaan yang berbeda dan tidak menyetujui
adanya penyamarataan hak antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, pria
mempunyai tugas berkebun, sedangkan wanita hanya boleh membantu. Para wanita
hanyamempunyai tugas sebagai ibu rumah tangga, dan para pria yang akan mencari
nafkah. Dengan demikian, budaya mendefinisikan atau memberikan batasan peran,
kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.
110. Persamaan dan Perbedaan Antar
Budaya dalam Sosial Masyarakat
Istilah
masyarakat berasal dari kata Musyrak
yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau
berpartisipasi, sedangkan dalam Bahasa Ingris disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai
kesamaan budaya, wilayah dan identitas.
Ada
hubungan dan saling mempengaruhi antara individu, masyarakat dan kebudayaannya.
Individu, masyarakat dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dan
kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan
dipengaruhi pula oleh individu-individu yang membangunnya. Setiap individu
hidup bermasyarakat dan berbudaya.
111. Persamaan dan Perbedaan Antar
Budaya dalam Sosial Kognitif
Kognisi
sosial adalah cara dimana kita meninterpretasi, menganalisa, mengingat dan
menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara
otomatis. Ada berbagai hal yang berhubungan dengan keberadaan
faktor kognisi dalam pengaruhnya terhadap lintas budaya :
a.
Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum merupakan tingakat IQ dalam suatu
kebudayaan atau daerah secara umum. Menurut Mc. Shane dan
Berry kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yang cukup tajam
terhadap terhadap tes kemampuan kognitif. Mereka menambahkan tentang deprivasi
individu (kemiskinan, gizi yang rendah, dan kesehatan), disorganisasi budaya
sebagai pendektan untuk melengkapi konsep G. jika disimpulkan beberapa hal yang
memepengaruhi kemempuan kognitif seseorang bukanlah budaya yang ada pada
lingkungan mereaka akan tetapi kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor genetik,
keadaan psikis, deprivasi individu dan disorganisasi budaya
b.
Genetic epistemologi (faktor Keturunan)
Genetic Epistemologi adalah salah satu teori dari jean
Piaget yang isinya adalah mengatakan bahwa adanya koherensi antara penampilan konitif
saat berbagai diberikan pada seseorang. Piagetian berkembang dari penelitian
yang homogen menjadi heterogen. Penelitian lintas budaya yang menggunakan
paradigma ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi dan faktor budaya tidak
mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi seberapa cepat dalam
mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak akan sama disetiap
tempat dan kebudayaan tertentu.
c.
Cara Berpikir
Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik
epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana”
dari pada aspek “seberapa banyak” (kemempuan) dalam kehidupan kognitifnya.
Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi
sebuah suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap
masalahyang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari pola
dari aktivitas kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku
pada semua kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan
mengarah pada pola kemampuan yang berbeda juga. Seorang pengembang dimensi
model kognitif FDI yang bernama Within menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini
tergantung pada cara yang ditempuh untuk membuktikan “pola”yang
dipilih. Tetapi menjelaskan pola kuyrang begitu luas cangkupannya daripada
kecerdasan umum. Membangun FDI yang dimaksud adalah memperbesar kepercayaan
dari individu tersebut atau menerima lingkungan fisik atau sosial yang
diberikan, melakukan pekerjaan yang bertolak belakang seperti menganalisis atau
membangun.
d. Contextualized coqnition (Pengamatan kontekstual)
Secara garis besar Cole dan Scriber memberikan suatu
metodologo dan teori tetang kontek kognisi. Teori dan metodologi tersebut
diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu
kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai
Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat
suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur.
112. Persamaan dan Perbedaan Antar
Budaya dalam Individual dan Kolektifitas
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi.
Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Budaya yang menekankan
nilai diri kolektif sagat khas dengan cirri perasaan akan keterkaitan antar
manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan
lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas utama normative pada
budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya
dengan individu lain.
Dalam konstruk diri kolektif ini, nilai
keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi
kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas.
Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan
serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran
adalah saling terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif ini,
informasi mengenai diri yang terpenring adalah aspek-aspek diri dalam hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Icha,
Razzmatazz. Sap Psikologi Lintas Budaya Baru. http://ml.scribd.com/doc/94513215/Sap-Psikologi-Lintas-Budaya-Baru. 5 Oktober 2012
Pratiwi,
Tiwi. 12 Januari 2012. Psikologi Lintas Budaya. http://tiwipratiwi07.wordpress.com/2012/01/12/psikologi-lintas-budaya/.
5 Oktober 2012
Purnomo,
Aji. 3 Oktober 2011. Psikologi Lintas Budaya. http://4jipurnomo.wordpress.com/psikologi-lintas-budaya/.
5 Oktober 2012
Psychologymania.
12 Juli 2011. Budaya dan Hubungannya dengan Psikologi. http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/budaya-dan-hubungannya-dengan-psikologi/.
5 Oktober 2012
Chita.
19 Januari 2012. Psikologi Lintas Budaya: Soal Jawaban. http://chit.blog.com/2012/01/19/psikologi-lintas-budaya-soaljawaban/.
5 Oktober 2012
Andraningsih.
1 Oktober 20122. Lintas Budaya. http://andrasalote.blogspot.com/2011/10/lintas-budaya.html.
5 Oktober 2012
Hutahean,
Meltri. 1 Oktober 2011. Penelitian Lintas Budaya. http://meltri-elia.blogspot.com/2011/10/penelitian-lintas-budaya.html.
5 Oktober 2012
Anonim.
5 Maret 2011. Pengertian Ketaatan dan Kepatuhan. http://id.shvoong.com/social-sciences/2128112-pengertian-ketaatan-dan-kepatuhan/.
5 Oktober 2012
Sholihah,
Nikmatus. 9 Oktober 2009. Gender dan Jenis Kelamin. http://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-jenis-kelamin/. 5
Oktober 2012