Selasa, 20 Maret 2012

KESEHATAN MENTAL part 2

A.   SEHAT
Yaaaapp pada kali ini, saya akan membahas mengenai SEHAT. Apa sih sehat itu? Sehat itu tidak sakit haha iya bener sih, tapi disini saya akan menjelaskan secara singkat tapi ‘berisi’ hehe. Kalau menurut saya sih, sehat itu adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak menderita suatu penyakit dan tidak mengalami suatu situasi yang membuat dirinya menjadi tidak bersemangat. Coba kita lihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia ya, sehat adalah :
 a 1 keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit); waras; 2 mendatangkan kebaikan pada badan; 3 sembuh dari sakit;  4  baik dan keadaan normal (tt pikiran); boleh dipercaya atau masuk akal (tt pendapat, usul, alasan, dsb); berjalan dengan baik atau sebagai mana mestinya (tt keadaan keuangan, ekonomi, dsb); dijalankan dengan hati-hati dan baik-baik (tt politik dsb).
            Freund (1991) dengan mengutip the International Dictionary of Medicine and Biology, mendefinisikan kesehatan sebagai “suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu orgasnisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak ada penyakit”,  juga sampai pada kesimpulan bahwa kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit. Sedangkan kamus lainnya mengartikan kalau kesehatan mirip dengan pengertian kesehatan yang diungkap oleh Freund, yaitu sebagai: 1. Condition of a person’s body or mind; 2. State of being well and free from illness (Hornby, 1989).
            Jadi, bisa disimpulkan kalau sehat itu adalah suatu kondisi dimana seseorang terbebas dari suatu penyakit, baik secara fisik maupun pikiran.
Naah, dilihat dari pengertian sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat itu bisa dilihat bukan cuma dilihat dari fisiknya aja, kaya misalnya seseorang kondisi badannya enggak lemah, anggota tubuhnya enggak ada yang terluka, cacat dan berfungsinya alat-alat tubuh secara penuh sehingga seseorang tersebut dapat melakukan aktifitas sehari-harinya. Tapi juga dilihat dari segi psikologis, sosial, pikiran, emosi, dan lain sebagainya. Menurut saya, dimensi-dimensi sehat itu terdiri dari Fisik, Emosi, Sosial, dan Spiritual. Saya jelasin satu-satu yaa.
1.      Dimensi Fisik
Menurut saya, seseorang bisa dinyatakan sehat atau tidaknya itu terlihat dari bagaimana kondisi fisiknya. Bisa terlihat dengan jelas jika orang tersebut sedang terluka atau salah satu anggota badannya tidak berfungsi dengan baik, maka orang tersebut bisa dikategorikan sebagai orang yang sakit. Walaupun, belum tentu orang yang sedang sakit akan menunjukan perilakunya sebagai orang sakit. Karena banyak juga orang-orang yang pandai menyembunyikan rasa sakitnya.

2.      Dimensi Emosi
Disini, seseorang bisa terlihat sehat apabila emosinya stabil. Dia tidak mempunyai gangguan-gangguan tertentu terhadap emosi dan moodnya, seperti bipolar, distimik dan lain-lain. Serta tidak ada gangguan terhadap kecemasan-kecemasan atau ketakutan-ketakutan yang dapat mempengaruhi moodnya.

3.      Dimensi Sosial
Pada dimensi ini, seseorang termasuk golongan orang yang sehat apabila dia bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Bersikap tidak sombong, terbuka dan tidak menunjukan adanya sifat-sifat tercela yang dapat membuat orang lain merasa risih atau il-feel dengan kita. Dan yang terakhir,

4.      Dimensi Spritiual
Dimensi ini bukan hanya mengenai sisi kerohanian seseorang. Sisi tersebut juga perlu diperhatikan, kita kan menjadi orang yang sakit jika tidak bisa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Tapi sisi spiritual yang akan saya jelaskan adalah dalam bidang semangat. Dorongan. Kita termasuk dalam orang yang sehat jika kita mempunyai semangat dan dorongan dalam diri kita. Kita selalu mempunyai passion yang besar untuk diri kita. Tetapi jika kita kalah dan menjadi seseorang yang lemah, maka dengan sendirinya kita termasuk sebagai orang yang sakit.


B.   SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Sejarah mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa.
1.      Gangguan Mental Tiak Dianggap Sebagai Sakit

§  Tahun 1600 dan sebelumnya
Dukun asli Amerika (Indian), sering juga disebut sebagai “penyembuh”, (healer, shaman) orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supra natural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian.

§  Tahun 1962
Di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena sihir/guna-guna atau dirasuki setan. Itu semua karena mendapatkan pengaruh dari imigran Eropa yang beragama Nasrani. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir. John Locke (1960) dalam tulisannya yang berjudul An Essay Concerning Understanding, menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus menerus.

2.      Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit

§  Tahun 1724
Takhayul yang hidup dimasyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dipatahan dengan oleh Pendeta Cotton Mather (1663-1728) dengan memajukian penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.

§  Tahun 1812
Benjamin Rush menjadi suatu pengacara yang menangani masalah penanganan secara manusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Iquiries and Observation Upon Diseases of the Mind. ini merupakan buku tes psikiatri peratama Amerika.

§  Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.

§  Tahun 1908
Clifford Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada tahun 1900. Dia mengalami gangguan setelah sakit dan saudara laki-lakinya meninggal. Setelah mencoba bunuh diri, dia masuk ke rumah sakit mental swasta di Connecticut. Dia menjadi subjek penanganan yang tidak manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan mental dirumah sakit. Pada tahun 1908 dia menulis buku yang berjudul A Mind That Found Itself, merupakan lapran pengalamannya sendiri sebagai pasien sakit mental. Beers kemudian mendirikan Masyarakat Connecticut untuk Mental Higiene yang kemudian pada tahun berikutnya berubah menjadi Komite Nasional untuk Mental Higiene (the National Committe for Mental Higiene), yang merupakan pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental Nasional (National Mental Health Association) sekarang ini.

§  Tahun 1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts.

§  Tahun 1910
Emil Kraplin pertama kali menggambarkan penyakit Alzhaimer. Dia juga mengembangkan alat tes untuk mendeteksi danya gangguan epilepsi.

§  Tahun 1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya orang yan telah lulus dri sekolah kedokteran dan menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon pelatihan psikoanalisa.


§  Tahun 1930-an
Psikiater mulai menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizofrenia.



§  Tahun 1940-an
Elektroterpi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani penyakit mental. Pada tahun 1940-1950 dimulainya perawatan masyarakat bagi penderita gangguan mental di Inggris.

§  Tahun 1947
Fountain House di New York City memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.

§  Tahun 1960-an
Media Inggris mulai mengungkpkan kesehatan mental dengan menamplkan orang-orang yang pernh mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalaman mereka. Pada masa ini hal yang tabu berkaitan dengan gangguan mental mulai dibuka dan dibicarakan secara umum.

3.      Gangguan Mental Diangap Sebagai Bukan Sakit

§  Tahun 1961
Thomas Szasz membuat tulisan yang berjudul The Myth of Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidak betul-betul “sakit”, tetapi merupakan tindakan oang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan.

§  Tahun 1962
Ada 422.000 orang yang tinggal dirumah sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.

§  Tahun 1980
Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opname dirumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental.


C.   Pribadi Seseorang Dapat Berkembang ....

Okee, sekarang saya mau bahas tentang perkembangan pribadi seseorang berdasarkan Sigmund Freud dan Erikson.

*   Kepribadian tersusun dari 3 sistem pokok, yakni id, ego dan superego. Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanismenya sendiri, namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain, sehingga sulit untuk memisahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.
§  Id
Id merupakan sistem kepribadian yang asli. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting.
§  Ego
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif.
§  Superego
Superego merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua kepada anak. Superego adalah wewenang moral dari kepribadian. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, jadi ia bisa bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui dimasyarakat.

Freud mungkin merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi. Freud berpendapat bahwa kepribadian telah cukup terbentuk dari tahun kelima, dan bahwa perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan elaborasi terhadap struktur dasar tersebut.ia sampai pada kesimpulan ini berdasarkan pengalamannya-pengalamannya dengan pasien-pasiennya yang menjalani psikoanalisis. Secara tidak langsung, eksplorasi-eksplorasi mental mereka menjurus ke arah pengalaman-pengalaman awal masa kanak-kanak, yang sangat berperan terhadap berkembangnya neorosis dikemudian hari.
Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yaitu: 1. Proses-prosespertumbuhan fisiologis; 2. Frustasi-frustasi; 3. Konflik-konflik, dan; 4. Ancaman-ancaman. Sebagai akibat langsung dari meningkatnya tegangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber, sang pribadi terpaksa mempelajari cara-cara baru untuk mereduksikan tegangan. Proses belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangan kepribadian.

*   Menurut Erikson, perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap yang terdiri dari delapan tahap. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan ketiga tahap yang terakhir pada tahun dewasa dan usia tua. Harus dicatat bahwa tahap-tahap yang berurutan itu tidak ditetapkan menurut suatu jadwal kronologis yang ketata. Erikson berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri, karena itu akan menyesatkan kalau ditentukan lama berlangsungnya secara eksak masing-masing untuk setiap tahap.
                               I.            Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar
Tahap pertama kehidupan ini, masa bayi, merupakan tahap ritualisasi numinous. Yang dimaksudkan Erikson dengan numinous adalah perasaan bayi akan kehadiran ibu yang bersifat keramat, pandangannya, pegangannya, sentuhannya, caranya memanggil dengan namanya dan yang lainnya. Interaksi-interaksi yang berulang ini bersifat sangat pribadi namun diritualisasikan dalam kebudayaan. Pengakuan ibu terhadap bayi meneguhkan dan meyakinkan bayi serta hubungan timbal baliknya dengan ibu. Jika tidak ada pengakuan dapat menyebabkan keterasingan dalam kepribadian bayi; sejenis perasaan bahwa ia dipisahkan dan dibuang.

                             II.            Otonomi vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan
Pada tahap kedua kehidupan (tahap muskular-anal dalam skema psikoseksual) anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya., apakah kewajiban-kewajiban dan haknya disertai pembatasan-pembatasan yang dienakan pada dirinya.

                          III.            Inisiatif vs Kesalahan
Tahap psikososial ketiga ialah tahap inisiatif, suatau masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama tahap ini, anak menampilkan diri lebih maju dan lebih “seimbang” secara fisik maupun kejiwaan.

                          IV.            Kerajinan vs Inferioritas
Pada tahap keempat ini, anak harus belajar mengontrol imajinasinya yang sangat kaya, dan mulai menempuh pendidikan formal. Terjadi pada anak usia 6 tahun sampai dengan pubertas.

                             V.            Identitas vs Kekacauan Identitas
Selama masa adolesen, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berada ditengah masyarakat. Sang pribadi mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya. Tetapi, karena adanya peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, maka selama tahap pembentukan identitas seorang remaja, mungkin mearasakan penderitaan paling dalam dibandingkan pada masa lalu akibat kekacauan identitas. Biasanya terjadi pada anak usia 10-20 tahun.

                          VI.            Keintiman vs Isolasi
Dalam tahap ini, orang-orang dewasa awal siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim-akrab dan persaudaraan serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini meskipun mereka harus berkorban.

                        VII.            Generativitas vs Stagnasi
Ciri tahap generativitas adalah perhatian apa yang dihasilkan- keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya serta pembentukkan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.

                     VIII.            Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam proses epigenetis perkembangan disebut integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatau keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup. Meskipun orang yang telah mencapai suatau keadaan integritas menyadari berbagai gaya hidupnya sendiri dan mempertahankannya dari berbagai potensi ancaman. Dengan demikian gaya hidup dan integritas kebudayaan menjadi warisan jiwa.


D.   Kepribadian Sehat ...

Psikologi (kepribadian) sekarang ini mengembangkan pandangan baru mengenai apa yang disebut “kepribadian yang sehat”. Pandangan ini berneda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis (psikoanalisa dan behaviorisme). Pada psikologi tradisionalis, konsep tentang sehat merupakan gejala-gejala yang cukup untuk memasukan individu ke dalam kategori gangguan (kepribadian) tertentu. Dengan kata lain, kepribadian sehat bertolak belakang dari apakah individu tersebut berbeda dari mereka yang nyata-nyata terganggu atau tidak.
Pandangan baru dalam memahami kepribadian yang sehat bukan hanya dari segi apakah pribadi tersebut berfungsi secara normal seperti pada umumnya, tetapi lebih menekankan pada apakah potensi-potensi yang dimiliki bisa dikembangkan secara optimal atau tidak. Konsep kepribadian yang sehat sangat penting. Isinya sulit, menantang dan kompleks, penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui dan kebenarannya setengah-setengah, dan sudah pasti merupakan suatu mode juga khayalan. Konsep itu menggambarkan topik yang berusaha mencakup – kepribadian manusia.

Sekian penjelasan dan pendapat saya mengenai Kesehatan, semoga bermanfaat bagi semua. Adiooss :)










Siswanto, (2007). Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Whitbourne, Susan Kraus,. (2010). Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis. Jakarta : Salemba Humanika

Hall, Calvin S, & Gardner Lindzey. (1993). Psikologi Kepribadian 1 : Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Schultz, Duane. (1993). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Tugas Kesehatan Mental

A.   SEHAT
Yaaaapp pada kali ini, saya akan membahas mengenai SEHAT. Apa sih sehat itu? Sehat itu tidak sakit haha iya bener sih, tapi disini saya akan menjelaskan secara singkat tapi ‘berisi’ hehe. Kalau menurut saya sih, sehat itu adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak menderita suatu penyakit dan tidak mengalami suatu situasi yang membuat dirinya menjadi tidak bersemangat. Coba kita lihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia ya, sehat adalah :
 a 1 keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit); waras; 2 mendatangkan kebaikan pada badan; 3 sembuh dari sakit;  4  baik dan keadaan normal (tt pikiran); boleh dipercaya atau masuk akal (tt pendapat, usul, alasan, dsb); berjalan dengan baik atau sebagai mana mestinya (tt keadaan keuangan, ekonomi, dsb); dijalankan dengan hati-hati dan baik-baik (tt politik dsb).
            Freund (1991) dengan mengutip the International Dictionary of Medicine and Biology, mendefinisikan kesehatan sebagai “suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu orgasnisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak ada penyakit”,  juga sampai pada kesimpulan bahwa kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit. Sedangkan kamus lainnya mengartikan kalau kesehatan mirip dengan pengertian kesehatan yang diungkap oleh Freund, yaitu sebagai: 1. Condition of a person’s body or mind; 2. State of being well and free from illness (Hornby, 1989).
            Jadi, bisa disimpulkan kalau sehat itu adalah suatu kondisi dimana seseorang terbebas dari suatu penyakit, baik secara fisik maupun pikiran.
Naah, dilihat dari pengertian sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat itu bisa dilihat bukan cuma dilihat dari fisiknya aja, kaya misalnya seseorang kondisi badannya enggak lemah, anggota tubuhnya enggak ada yang terluka, cacat dan berfungsinya alat-alat tubuh secara penuh sehingga seseorang tersebut dapat melakukan aktifitas sehari-harinya. Tapi juga dilihat dari segi psikologis, sosial, pikiran, emosi, dan lain sebagainya. Menurut saya, dimensi-dimensi sehat itu terdiri dari Fisik, Emosi, Sosial, dan Spiritual. Saya jelasin satu-satu yaa.
1.      Dimensi Fisik
Menurut saya, seseorang bisa dinyatakan sehat atau tidaknya itu terlihat dari bagaimana kondisi fisiknya. Bisa terlihat dengan jelas jika orang tersebut sedang terluka atau salah satu anggota badannya tidak berfungsi dengan baik, maka orang tersebut bisa dikategorikan sebagai orang yang sakit. Walaupun, belum tentu orang yang sedang sakit akan menunjukan perilakunya sebagai orang sakit. Karena banyak juga orang-orang yang pandai menyembunyikan rasa sakitnya.

2.      Dimensi Emosi
Disini, seseorang bisa terlihat sehat apabila emosinya stabil. Dia tidak mempunyai gangguan-gangguan tertentu terhadap emosi dan moodnya, seperti bipolar, distimik dan lain-lain. Serta tidak ada gangguan terhadap kecemasan-kecemasan atau ketakutan-ketakutan yang dapat mempengaruhi moodnya.

3.      Dimensi Sosial
Pada dimensi ini, seseorang termasuk golongan orang yang sehat apabila dia bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Bersikap tidak sombong, terbuka dan tidak menunjukan adanya sifat-sifat tercela yang dapat membuat orang lain merasa risih atau il-feel dengan kita. Dan yang terakhir,

4.      Dimensi Spritiual
Dimensi ini bukan hanya mengenai sisi kerohanian seseorang. Sisi tersebut juga perlu diperhatikan, kita kan menjadi orang yang sakit jika tidak bisa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Tapi sisi spiritual yang akan saya jelaskan adalah dalam bidang semangat. Dorongan. Kita termasuk dalam orang yang sehat jika kita mempunyai semangat dan dorongan dalam diri kita. Kita selalu mempunyai passion yang besar untuk diri kita. Tetapi jika kita kalah dan menjadi seseorang yang lemah, maka dengan sendirinya kita termasuk sebagai orang yang sakit.


B.   SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Sejarah mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa.
1.      Gangguan Mental Tiak Dianggap Sebagai Sakit

§  Tahun 1600 dan sebelumnya
Dukun asli Amerika (Indian), sering juga disebut sebagai “penyembuh”, (healer, shaman) orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supra natural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian.

§  Tahun 1962
Di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena sihir/guna-guna atau dirasuki setan. Itu semua karena mendapatkan pengaruh dari imigran Eropa yang beragama Nasrani. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir. John Locke (1960) dalam tulisannya yang berjudul An Essay Concerning Understanding, menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus menerus.

2.      Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit

§  Tahun 1724
Takhayul yang hidup dimasyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dipatahan dengan oleh Pendeta Cotton Mather (1663-1728) dengan memajukian penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.

§  Tahun 1812
Benjamin Rush menjadi suatu pengacara yang menangani masalah penanganan secara manusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Iquiries and Observation Upon Diseases of the Mind. ini merupakan buku tes psikiatri peratama Amerika.

§  Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.

§  Tahun 1908
Clifford Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada tahun 1900. Dia mengalami gangguan setelah sakit dan saudara laki-lakinya meninggal. Setelah mencoba bunuh diri, dia masuk ke rumah sakit mental swasta di Connecticut. Dia menjadi subjek penanganan yang tidak manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan mental dirumah sakit. Pada tahun 1908 dia menulis buku yang berjudul A Mind That Found Itself, merupakan lapran pengalamannya sendiri sebagai pasien sakit mental. Beers kemudian mendirikan Masyarakat Connecticut untuk Mental Higiene yang kemudian pada tahun berikutnya berubah menjadi Komite Nasional untuk Mental Higiene (the National Committe for Mental Higiene), yang merupakan pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental Nasional (National Mental Health Association) sekarang ini.

§  Tahun 1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts.

§  Tahun 1910
Emil Kraplin pertama kali menggambarkan penyakit Alzhaimer. Dia juga mengembangkan alat tes untuk mendeteksi danya gangguan epilepsi.

§  Tahun 1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya orang yan telah lulus dri sekolah kedokteran dan menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon pelatihan psikoanalisa.


§  Tahun 1930-an
Psikiater mulai menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizofrenia.



§  Tahun 1940-an
Elektroterpi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani penyakit mental. Pada tahun 1940-1950 dimulainya perawatan masyarakat bagi penderita gangguan mental di Inggris.

§  Tahun 1947
Fountain House di New York City memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.

§  Tahun 1960-an
Media Inggris mulai mengungkpkan kesehatan mental dengan menamplkan orang-orang yang pernh mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalaman mereka. Pada masa ini hal yang tabu berkaitan dengan gangguan mental mulai dibuka dan dibicarakan secara umum.

3.      Gangguan Mental Diangap Sebagai Bukan Sakit

§  Tahun 1961
Thomas Szasz membuat tulisan yang berjudul The Myth of Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidak betul-betul “sakit”, tetapi merupakan tindakan oang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan.

§  Tahun 1962
Ada 422.000 orang yang tinggal dirumah sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.

§  Tahun 1980
Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opname dirumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental.


Siswanto, (2007). Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Whitbourne, Susan Kraus,. (2010). Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis. Jakarta : Salemba Humanika