Jumat, 05 Oktober 2012

Tugas Lintas Budaya


11.      Pengertian Psikologi Lintas Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya bisa didefinisikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Sekarang, apa itu Psikologi Lintas Budaya? Ada berbagai macam definisi menurut para ahli, diantaranya:
·         Psikologi lintas budaya adalah ilmu mengenai perilaku individu manusia dalm konteks lintas budaya (Matsumoto; 1996)
·         Psikologi lintas budaya adalah kajian ilimiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial dan budaya. (Seggal, Dasen, dan Poortinga; 1990)
·         Psikologi lintas budaya adalah suatu studi mengenai persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis individual manusia pada berbagai kelompok budaya dan etnis; hubungan antara variable psikologis dan sosiokultural, variable ekologis dan biologis dan perubahan yang terus berlangsung pada variable-variabel tersebut. (Berry, dan kawan-kawan; 2002)
·         Psikologi lintas budaya merupakan kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. (Brislin, Lonner dan Thorndike; 1973)

22.      Tujuan Mempelajari Psikologi Lintas Budaya

Tujuan mempelajari Psikologi lintas budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan diantara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis dan ubahan biologis, serta  mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.

3.3.     Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lain

§  Hubungan psikologi dengan budaya
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.
§  Psikologi lintas budaya dengan Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku hubungan antar individu, dan antar individu dan kelompok dalam perilaku sosial. Melihat pengertian sosiologi jelas hubungan psikologi lintas budaya dan sosiologi amat erat. Psikologi lintas budaya mempelajari mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara budaya psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam budaya-budaya tersebut.  objeknya pada individu tersebut. Psikologi lintas budaya dan Sosiologi sama- sama mempelajari perilaku hubungan antar individu.
§  Psikologi lintas budaya dengan Antropologi
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang asal- usul manusia, kepercayaannya, bentuk fisik, warna kulit, dan budayanya di masa silam. Karena eratnya hubungan psikologi dan antropologi sehingga muncullah sub ilmu yang salah satunya bernama anthropology in mental health, pada sub ilmu ini sangat terlihat bahwa psikologi dan antropologi saling terkait, seperti contoh bahwa penyakit jiwa tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh kelainan biologis namun juga oleh emosi atau mental yang tertekan sehingga membuat orang tersebut mengalami penyakit jiwa, keadaan jiwa manusia itu tergantung pada aspek- aspek social budaya.

§  Psikologi lintas budaya dengan Psikologi Budaya
Psikologi lintas budaya sama halnya dengan psikologi budaya, mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia. Namun psikologi lintas budaya tidak hanya mempelajari faktor budaya dengan perilaku tetapi faktor antar budaya atau perbedaan budaya yang mempengaruhi manusia.

44.      Etnosentrime dalam Psikologi Lintas Budaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etnosentrisme merupakan sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat atau kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Etnosentrisme membuat kebudayaan diri sendiri sebagai patokan dalam mengukur  baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri. Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat budaya hanya melalui sudut pandang sendiri. Berdasarkan definisi diatas, etnosentrisme tidak selalu berhubungan dengan hal negatif, tetapi juga bisa mengarah ke positif. Etnosentrisme juga merupakan sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekayaan dan kekuasaan.

55.      Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Transmisi Budaya Melalui Enkulturasi dan Sosialisasi

Enkulturasi merupakan proses penyesuaian diri dengan adat-istiadat, lingkungan, sistem norma dan aturan-aturan hidup lainnya. Sedangkan sosialisasi menurut Paul H. Horton adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. Persamaannya: enkulturasi dan sosialisasi sama-sama memberikan pengenalan dan pemahaman kebudayaan tertentu sebagai informasi mengenai budaya baru pada masyarakat. Perbedaannya: enkulturasi adalah proses pengenalan norma dalam masyarakat tanpa mencampur adukan dalam budaya asing, edangkan sosialisasi seorang individu memperkenalkan norma-norma yang ada dimasyarakat agar bisa diterima oleh masyarakat.

66.     Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Melalui Perkembangan Moral

Perkembangan sosial merupakan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatau proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya. Secara kebahasaan moral berasal dari ungkapan bahasa latin yaitu mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menetukan batas-batas perbuatan.
Ada perpaduan antara kebudayaan dengan pergaulan remaja tersebut, ada dampak negatif dan positif. Dampak positif yaitu mengubah sistem belajar yang monoton dengan sistem pembelajaran yang disebut sebagai Enjoy Learning. Sistem ini telah diterapkan di Indonesia.
Dampak negatifnya adalah pergaulan bebas. Dalam  budaya Barat, sudah tidak ada lagi batasan antara pria dan wanita. Mereka berpacaran secara bebas dengan melakukan hal-hal seperti berciuman, berpelukan bahkan sampai berhubungan badan. Itu semua merupakan hal yang biasa. Dengan adanya pengaruh dari media-media yang ada, Indonesia pun mulai mengiuti jejak budaya Barat tersebut. Hal itu banyak terjadi dikota-kota besar yang biasanya dihuni oleh pelajar.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, harusnya remaja bisa memilah dan menyaring perkembangan budaya saat ini. Jangan menganggap semua pengaruh yang berkembang saat ini baik, karena belum tentu budaya tersebut baik oleh Budaya Timur kita.

77.     Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Hal Konformitas, Compliance dan Obedience

Konformitas merupakan kesesuaian sikap dan perilaku dengan nilai dan kaidah yang berlaku. Compliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya tidak setuju. Obedience atau kepatuhan memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan.
Untuk membandingkan bagaimana konformitas, compliance dan obedience secara lintas budaya, maka telaah itu harus memusatkan perhatian pada nilai konformitas, dan kepatuhan sebagai konstruk sosial yang berakar pada budaya. Konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang ‘baik’ tetapi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi baik dalam kelompok.

88.        Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Hal Nilai-Nilai

Dalam Psikologi Lintas Budaya, nilai dimasukan sebagai salah satu aspek dari budaya atau masyarakat. Nilai muncul menjadi ciri khas yang cenderung menetap pada seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai berpengaruh pada sifat kepribadian dan karakter budaya.
Persamaan yang ada, terjadinya pernikahan dengan menggunakan adat-adat yang berlaku di Indonesia. Perbedaannya, tidak semua adat sama. Indonesia memiliki banyak adat pada saat upacara pernikahan.

99.      Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Perilaku Gender

Gender adalah pembagian peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan ditetapkan berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai adat, norma, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
Dalam budaya saat ini, pria dan wanita dianggap sama dalam hal kesetaraannya. Ada perempuan yang mengerjakan tugas laki-laki dan itu dianggap sebagai hal yang biasa. Pada masyarakat Bali, perempuan bekerja sebagai tukang batu dan tukang cat. Bahkan sekarang ini sudah banyak daerah-daerah yang dikepalai oleh wanita.
Namun masih ada pula beberapa adat atau kepercayaan yang berbeda dan tidak menyetujui adanya penyamarataan hak antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, pria mempunyai tugas berkebun, sedangkan wanita hanya boleh membantu. Para wanita hanyamempunyai tugas sebagai ibu rumah tangga, dan para pria yang akan mencari nafkah. Dengan demikian, budaya mendefinisikan atau memberikan batasan peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.



110.  Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Sosial Masyarakat

Istilah masyarakat berasal dari kata Musyrak yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam Bahasa Ingris disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah dan identitas.
Ada hubungan dan saling mempengaruhi antara individu, masyarakat dan kebudayaannya. Individu, masyarakat dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi pula oleh individu-individu yang membangunnya. Setiap individu hidup bermasyarakat dan berbudaya.

111.  Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Sosial Kognitif

Kognisi sosial adalah cara dimana kita meninterpretasi, menganalisa, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara otomatis. Ada berbagai hal yang berhubungan dengan keberadaan faktor kognisi dalam pengaruhnya terhadap lintas budaya :
a.       Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum merupakan tingakat IQ dalam suatu kebudayaan atau daerah secara umum. Menurut Mc. Shane dan Berry kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yang cukup tajam terhadap terhadap tes kemampuan kognitif. Mereka menambahkan tentang deprivasi individu (kemiskinan, gizi yang rendah, dan kesehatan), disorganisasi budaya sebagai pendektan untuk melengkapi konsep G. jika disimpulkan beberapa hal yang memepengaruhi kemempuan kognitif seseorang bukanlah budaya yang ada pada lingkungan mereaka akan tetapi kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor genetik, keadaan psikis, deprivasi individu dan disorganisasi budaya
b.      Genetic epistemologi (faktor Keturunan)
Genetic Epistemologi adalah salah satu teori dari jean Piaget yang isinya adalah mengatakan bahwa adanya koherensi antara penampilan konitif saat berbagai diberikan pada seseorang. Piagetian berkembang dari penelitian yang homogen menjadi heterogen. Penelitian lintas budaya yang menggunakan paradigma ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi dan faktor budaya tidak mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi seberapa cepat dalam mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak akan sama disetiap tempat dan kebudayaan tertentu.

c.       Cara Berpikir
Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana” dari pada aspek “seberapa banyak” (kemempuan) dalam kehidupan kognitifnya. Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap masalahyang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari pola dari aktivitas kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada pola kemampuan yang berbeda juga. Seorang pengembang dimensi model kognitif FDI yang bernama Within menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini tergantung pada cara yang ditempuh untuk membuktikan polayang dipilih. Tetapi menjelaskan pola kuyrang begitu luas cangkupannya daripada kecerdasan umum. Membangun FDI yang dimaksud adalah memperbesar kepercayaan dari individu tersebut atau menerima lingkungan fisik atau sosial yang diberikan, melakukan pekerjaan yang bertolak belakang seperti menganalisis atau membangun.
d. Contextualized coqnition (Pengamatan kontekstual)
Secara garis besar Cole dan Scriber memberikan suatu metodologo dan teori tetang kontek kognisi. Teori dan metodologi tersebut diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur.



112.  Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Individual dan Kolektifitas
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sagat khas dengan cirri perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas utama normative pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya dengan individu lain.
Dalam konstruk diri kolektif ini, nilai keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah saling terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif ini, informasi mengenai diri yang terpenring adalah aspek-aspek diri dalam hubungan.

















          DAFTAR PUSTAKA

Icha, Razzmatazz. Sap Psikologi Lintas Budaya Baru. http://ml.scribd.com/doc/94513215/Sap-Psikologi-Lintas-Budaya-Baru. 5 Oktober 2012
Pratiwi, Tiwi. 12 Januari 2012. Psikologi Lintas Budaya. http://tiwipratiwi07.wordpress.com/2012/01/12/psikologi-lintas-budaya/. 5 Oktober 2012
Purnomo, Aji. 3 Oktober 2011. Psikologi Lintas Budaya. http://4jipurnomo.wordpress.com/psikologi-lintas-budaya/. 5 Oktober 2012
Psychologymania. 12 Juli 2011. Budaya dan Hubungannya dengan Psikologi. http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/budaya-dan-hubungannya-dengan-psikologi/. 5 Oktober 2012
Chita. 19 Januari 2012. Psikologi Lintas Budaya: Soal Jawaban. http://chit.blog.com/2012/01/19/psikologi-lintas-budaya-soaljawaban/. 5 Oktober 2012
Andraningsih. 1 Oktober 20122. Lintas Budaya. http://andrasalote.blogspot.com/2011/10/lintas-budaya.html. 5 Oktober 2012
Hutahean, Meltri. 1 Oktober 2011. Penelitian Lintas Budaya. http://meltri-elia.blogspot.com/2011/10/penelitian-lintas-budaya.html. 5 Oktober 2012
Anonim. 5 Maret 2011. Pengertian Ketaatan dan Kepatuhan. http://id.shvoong.com/social-sciences/2128112-pengertian-ketaatan-dan-kepatuhan/. 5 Oktober 2012
Sholihah, Nikmatus. 9 Oktober 2009. Gender dan Jenis Kelamin. http://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-jenis-kelamin/. 5 Oktober 2012

Kamis, 14 Juni 2012

Kesan-kesan ....

     Hari ini ketemu lagi sama mata kuliah Kesehatan Mental-nya Bu Egi setelah sekian lama ga ketemu haha. Biasanya kalo pelajaran itu selalu deg-degan karena nebak-nebak bakalan dapet materi apa lagi hari ini buat tugas diblog, buku-bukunya nyari dimana dan yang lainnya haha. Tapi hari ini beda, barusan anak-anak kelas 2pa07 sama 2pa09 nonton bareng cuplikan-cuplikan film yang emang sangat menyentuh dan bikin kita jadi termotivasi. Terus pas akhir pelajaran bu egi minta kita buat nulis kesan-kesan dari cuplikan-cuplikan film yang kita tonton. Sebenernya sih semua filmnya bagus, cuma diantara itu semua ada yang menurut saya paling ngenaaaa banget.

1. Film yang nyeritain tentang surat dari Ibu dan Ayah. Sejujurnya saya bukan orang yang suka nonton atau liat film-film atau cuplikan-cuplikan film yang berbau 'menye-menye' hehe. Saya ngerasa males aja gitu buat ber'menye-menye' nangis depan tv atau depan orang lain haha. Ngerasa sedih sih pasti, tapi yaaa ditahan-tahan sendiri aja. Istilah kasarnya, saya gengsi buat sesedihan depan orang haha. Tapiiiiii, cuplikan film ini bener-bener ngena banget. Ceritanya simple, cuma ada tulisan-tulisan yang ditulisa sama orang tua buat kita tanpa ada adegan-adegan dramatisnya. Tapi tulisannya itu yang bikin saya sadar dan mikir "gue udah baik belom ya sebagai anak dari bapak-ibu?" "gue udah berbakti belum ya sebagai anak? Udah jadi anak yang ngebanggain belum ya?" Sedih sih ya, tapi haha balik lagi ke sifat jelek saya, gengsi buat sesedihan depan orang-orang. Tapi beneran deh, ini cuplikan film yang paling keren yang pernah saya tonton. Pesan-pesannya bener-bener bikin hati cenat-cenut.



 2. Film yang nyeritain tentang betapa berharganya doa kita buat kemudian hari. Betapa pentingnya sholat, beribadah, ngobrol sama Allah, sama Tuhan buat hari-hari kita kedepannya. Jadi ceritanya ada 3 cowok-cowok yang kayanya anak gaul yang lagi ngendarain mobil dijalan. Tiba-tiba mereka kecelakaan karena ditabrak sama mobil dari belakang. Pas keadaan 3 cowok itu udah meninggal, kita diliatin kehidupan mereka sebelum naik mobil itu. Roh si cowok pertama ngeliat kehidupan dia sebelum meninggal. Dia disuruh sama ibunya buat sholat tapi malah telpon-telponan dan akhirnya enggak sholat. Roh si cowok kedua ngeliat kehidupannya dimasa lalu pas lagi main jet sky dilaut. Tiba-tiba ada adzan, si cowok itu ngajak temen-temennya yang lain buat sholat tapi ga ada yang mau, akhirnya dia sholat sendiri di pantai. Itu sih yang bikin saya jadi sadar kalau Allah bisa aja nyabut nyawa kita kapanpun dia mau. Dan yang bisa nolong kita cuma Sholat kita, Ibadah kita. Jadi, Insya Allah kedepannya saya harus bisa lebih rajin lagi buat sholat. Tapiiii yang serem dari film ini adalah...... backsound-nya. hiiyyyyy...

3. Film tentang seorang anak yang mempunyai ayah yang bisu. Anak itu malu karena punya ayah yang bisu. Disitu saya jadi ngebayangin, saya merasa malu enggak ya kalo saya punya ayah yang bisu? Alhamdulillah ayah saya adalah seorang ayah yang baik, tegas dan tidak kekurangan suatu apapun. Tapi yang bisa diambil dari cerita ini adalah, bagaimanapun kurangannya keadaan ayah atau ibu kita, bagaimanapun ketidaksempurnaan yang tidak dimiliki oleh ayah-ibu kita, kita harus percaya kalau mereka punya rasa cinta dan kasih sayang yang sangat sempurna buat semua anak-anaknya :)

4. Terakhir, cuplikan kata-kata yang bikin saya jadi termotivasi. Kata-kata yang saya inget nih ya, 'betapa berartinya sedetik bagi orang yang selamat dari kecelakaan' sama 'apapun rasa makanan yang kita makan, walaupun itu tidak enak, kita masih lebih beruntung dibanding orang-orang yang kelaparan diluar sana'. Saya langsung inget, selama ini, akhir-akhir ini sih lebih tepatnya, saya sering ngeluh. Dikasih tugas dosen, ngeluh, dinasehatin orang tua, ngeluh, ini dikit ngeluh, itu dikit ngeluh. Padahal, apa yang kita dapet sekarang belum tentu orang-orang lain dapet kan. Kalo kita ngerasa hidup kita tuh kayanya kuraaaaannngg terus, siaaaalll terus, apakabar sama yang lain diluar sana? Belum tentu mereka seberuntung kita kan. Naahh karena film ini, Insya Allah saya bakal kurangin rasa mengeluh saya hehe.


Itu sih kesan-kesan dari film yang tadi saya tonton. Overall sih filmnya keren-keren dan ngena-ngena banget. Semoga dosen-dosen lain juga bisa muterin film-film yang bisa bikin kita termotivasi dan bisa berpikir lebih bijak dikehidupan ini *azzeek* Akhir kata, adiooss ;)

Selasa, 24 April 2012

Teori kepribadian sehat Rogers


Hello semuanya haha. Saya kembali lagi nih. Kali ini saya mau menjelaskan tentang Teori Keribadian Sehat menurut pendapat Rogers. Kalau yang sebelumnya udah dipelajari tentang apa itu sehat secara umum, sekarang akan mengetahui sehat menurut Rogers yang meliputi:
1.      Perkembangan kepribadian “Self”
2.      Peranan Positive Regards dalam pembentukan kepribadian individu
3.      Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya

Okey kita mulai dari yang pertama..

     1.      PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN “SELF”

Roger bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini, Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi.
Menurut Rogers, manusia yang sadar dan rasional, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Hal ini tidak menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada masa lampau. 




Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok didalam teorinya, yaitu:
·         Organism, yaitu keseluruhan individu
·         Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
·         Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self  mempunyai beramacam-macam sifat:
a.       Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b.      Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c.       Self mengejar keutuhan/kesatuan.
d.      Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e.       Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f.       Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Saat kecil, anak-anak mulai membedakan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Anak-anak mulai menambahkan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuannya untuk membedakan antara apa yang menjadi milik dan benda yang dilihat, diraba, didengar dan dicium ketika dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa dirinya. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri’ (self concept).
Sebagian dari self concept, anak juga mengambarkan dia akan menjadi apa dan siapa. Gambaran itu terbentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati orang lainterhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran diri yang konsisten.

2.      PERANAN POSITIF REGARD DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN INDIVIDU

Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau menerima kasih sayang dan cinta dari orang lain (ibunya), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Anak itu akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat, tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.
Dalam hal ini, anak menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan. Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena ia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energi dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi-diri.
Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan diri positif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka ia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.

3.      CIRI-CIRI ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA

Hal yang pertama dikemukakan tentang versi Rogers mengenai kepribadian yang sehat, yakni keribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arahan bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus; tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Hal kedua dari aktualisasi diri adalah aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rentangan dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Hal ketiga tentang orang-orang yang mengaktualissikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri. Mereka tida bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau menyembunikan sebagian diri mereka.
Rogers tidak percaya bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri hidup dibawah hukum-hukum yang diletakkan orang-orang lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan, semata-mata ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri. Rogers juga memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.

a)             Keterbukaan Pada Pengalaman
Seseorang yang terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harus dilawan karena tidak satu pun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem syaraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (kebahagiaan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.

b)     Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu ada kegembiraan karena setiap saat pengalaman tersingkap. Orang yang berfungsi sepenuhnya jelas dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri terus-menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang demikian itu tidak kaku dan dapat diramalkan.

c)      Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya.

d)     Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa masa lampau.

e)      Kreatifitas
Orang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan sosial dan kultural. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreatifitas dan spontanitas untuk menanggulani perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana ilmiah.


Sumber:
-          PSIKOLOGI PERTUMBUHAN : Model-model Kepribadian Sehat. Duane Schultz (2010)
-          PSIKOLOGI KEPRIBADIAN. Drs. Sumardi Suryasubrata,B.A.,M.A.,Ed.S.,Ph.D.
(2008)